Pedoman Masyarakat

Pedoman Masyarakat adalah majalah keagamaan yang terbit di Medan dan kemudian menyebar ke seluruh Nusantara pada masa penjajahan Belanda di awal abad ke-20. Pengelola utama Pedoman Masyarakat adalah Haji Abdul Malik Karim Amrullah yang lebih dikenal dengan Buya Hamka sebagai hoofdredacteur (Pemimpin Redaksi) dan Yunan Nasution sebagai redakturnya. Pedoman Masyarakat pada masanya merupakan salah satu surat kabar dengan oplah tertinggi hingga 4.000 eksemplar. Majalah Pedoman Masyarakat didesain sebagai media dakwah dan kebudayaan Islam dengan motto "Memajukan pengetahuan dan peradaban berdasarkan Islam".[1][2]

Buya Hamka dan Pedoman Masyarakat adalah dua hal yang saling berkaitan. Lewat majalah ini, Buya Hamka mengeluarkan pikiran hebat yang digemari para intelek di seluruh Nusantara. Beberapa karya Hamka yang terkenal dalam Pedoman Masyarakat antara lain adalah Tasawuf Modern dikumpulkan dalam rubrik Bahagia dan Tenggelamnya Kapal Van der Wijck dari kumpulan cerita roman bersambung di rubrik Sastra. Majalah Pedoman Masyarakat berfungsi untuk mencerdaskan anak bangsa dan mengobarkan semangat perjuangan rakyat Indonesia untuk meraih kemerdekaan bersama dengan majalah Islam lainnya seperti Panji Islam di Medan dan Adil di Solo.[1]

Penerbitan dan penyebaran majalah Pedoman Masyarakat terhambat ketika Jepang masuk ke Indonesia khususnya kota Medan karena perhatian masyarakat Indonesia dialihkan untuk membantu Jepang berperang melawan sekutu. Penerbitan Pedoman Mayarakat terbengkalai dan akhirnya terhenti pada bulan Maret 1942.[1]

Referensi

  1. ^ a b c Abidin, Masoed (2005). Ensiklopedi Minangkabau. Padang: Pusat Pengkajian Islam dan Minangkabau. hlm. 314. ISBN 979-3797-23-1. 
  2. ^ jejakislam1 (2019-07-04). "Tulisan yang Mempertemukan Hamka". Jejak Islam untuk Bangsa (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-11-06.